
Judul buku : 100 HAIKU untuk Sri Ratu
Genre : Buku Puisi
Penulis : Kurniawan Junaedhie.
Halaman : 110 halaman
Penerbit : Bisnis2030, Jakarta. 110 hal.
ISBN :
Harga : Rp. 50.000 (tambah ongkir Rp. 5rb di Jakarta, Rp. 10rb untuk L. Jakarta dan Rp. 15rb untuk L. P. Jawa).
KOMENTAR HERU EMKA, PEMERHATI HAIKU, DAN PENYAIR DI SEMARANG:
"Tapi menulis haiku di masa kini bisa saja berkelit dari batasan 5,7,5 suku kata, dan bolehlah Kurniawan Junaedhie menulis haiku cinta menurut versinya sendiri. Sedangkan idiom bahasa dan ungkapan puitiknya jelas mewakili gaya ucap puisi Kurniawan Junaedhie yang renyah dan mengalir lancar, selaras dengan kecenderungan gaya haiku pop yang tengah marak di jejaring dunia maya kita.
Dan Kurniawan Junaedhie cukup piawai menaruh unsur kontemplasi haiku dalam idiom pengucapan pop, hingga kita sering berhadapan dengan haiku yang melayang ringan, namun mengandung liukan imaji yang cukup tajam, seperti ini:
di antara rintik hujan
terdengar tik-tok hatiku
dan nafas tertahan
atau:
di antara dingin
lidah berpilin
menyalakan lilin
atau:
...."
KOMENTAR DIMAS ARIKA MIHARDJA, DOSEN, DAN PENYAIR DI JAMBI:
"Sepuluh haiku gubahan KJ yang mengawali buku ini terasa asyik. Pembaca diajak bertualang memasuki hutan rambutan, menikmati teh hijau, menulis puisi di rimbun pinus, bercanda di bawah jembatan serupa batu-batu kali yang tak pernah menanti cinta, sebab cintanya jatuh sendiri. Pembaca juga disuguhi sensasi fisikal, sensasi rasa, sensasi cita rasa "bibir yang jatuh (dan) aku mengambilnya buru-buru, ludah saling menelan melihat semangkuk bubur ayam di restoran (mestinya rumah makan, sebab restoran itu hanya menyediakan aneka minuman), pembaca disuguhi sensasi yang menyegarkan "dua iris semangka/teronggok di kulkas/sunyi melengos malu"; lalu peristiwa di kamar mandi pun terdedah dengan indah dan menggugah, hingga sampai ke haiku 10 dinyatakan "aku menyimpan hatinya agar membeku". WOW.
"Tapi menulis haiku di masa kini bisa saja berkelit dari batasan 5,7,5 suku kata, dan bolehlah Kurniawan Junaedhie menulis haiku cinta menurut versinya sendiri. Sedangkan idiom bahasa dan ungkapan puitiknya jelas mewakili gaya ucap puisi Kurniawan Junaedhie yang renyah dan mengalir lancar, selaras dengan kecenderungan gaya haiku pop yang tengah marak di jejaring dunia maya kita.
Dan Kurniawan Junaedhie cukup piawai menaruh unsur kontemplasi haiku dalam idiom pengucapan pop, hingga kita sering berhadapan dengan haiku yang melayang ringan, namun mengandung liukan imaji yang cukup tajam, seperti ini:
di antara rintik hujan
terdengar tik-tok hatiku
dan nafas tertahan
atau:
di antara dingin
lidah berpilin
menyalakan lilin
atau:
...."
KOMENTAR DIMAS ARIKA MIHARDJA, DOSEN, DAN PENYAIR DI JAMBI:
"Sepuluh haiku gubahan KJ yang mengawali buku ini terasa asyik. Pembaca diajak bertualang memasuki hutan rambutan, menikmati teh hijau, menulis puisi di rimbun pinus, bercanda di bawah jembatan serupa batu-batu kali yang tak pernah menanti cinta, sebab cintanya jatuh sendiri. Pembaca juga disuguhi sensasi fisikal, sensasi rasa, sensasi cita rasa "bibir yang jatuh (dan) aku mengambilnya buru-buru, ludah saling menelan melihat semangkuk bubur ayam di restoran (mestinya rumah makan, sebab restoran itu hanya menyediakan aneka minuman), pembaca disuguhi sensasi yang menyegarkan "dua iris semangka/teronggok di kulkas/sunyi melengos malu"; lalu peristiwa di kamar mandi pun terdedah dengan indah dan menggugah, hingga sampai ke haiku 10 dinyatakan "aku menyimpan hatinya agar membeku". WOW.
Pemesanan dapat dilakukan di SINI
0 comments:
Post a Comment